Beranda
Berita
Bisnis
Bitcoin
Investasi
Kripto
Pasar Investasi
Pasar Keuangan
Harga Bitcoin Jatuh ke Bawah 100.000 Dollar AS, Apakah Awal dari Koreksi Besar?

Ogoday.com - Harga bitcoin kembali anjlok dan sempat menembus di bawah 100.000 dollar AS (sekitar Rp 1,67 miliar) untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat bulan pada perdagangan Selasa (5/11/2025) waktu setempat.

Apa itu Bitcoin?

Bitcoin adalah mata uang elektronik yang menggunakan sistem jaringan pembayaran peer-to- peer yang bersifat open source. Bitcoin bukan merupakan mata uang virtual dan juga bukan alat pembayaran yang sah di Indonesia, maka alat pembayaran yang sah di Indonesia adalah uang rupiah pada saat ini.

Mengutip CNBC, 'bitcoin' terakhir diperdagangkan turun 5 persen ke level 100.893 dollar AS (sekitar Rp 1,685 miliar) setelah sempat menyentuh titik terendah harian di 99.966 dollar AS (sekitar Rp 1,669 miliar). Ini merupakan kali pertama sejak 23 Juni bitcoin berada di bawah level 100.000 dollar AS.

Sementara itu, ether, mata uang kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, juga terkoreksi hampir 9 persen ke posisi 3.275 dollar AS (sekitar Rp 54,7 juta).

Aksi jual terjadi karena investor menghindari aset berisiko di tengah kekhawatiran terhadap keberlanjutan valuasi saham yang melonjak akibat euforia perdagangan berbasis kecerdasan buatan (AI).

Indeks Nasdaq Composite, yang banyak berisi saham-saham AI, turun lebih dari 1 persen. Investor melepas saham Palantir karena dinilai terlalu mahal meski kinerja keuangannya cukup solid.

"Bitcoin dan pasar kripto secara keseluruhan sedang kelelahan," ujar Haonan Li, pendiri platform stablecoin berbasis Ethereum Codex kepada CNBC.

"Meskipun pertumbuhan stablecoin meningkat dan bitcoin makin berperan sebagai penyimpan nilai institusional, kabar buruk sangat berdampak bagi kripto saat ini, sementara kabar baik hampir tidak berpengaruh," tambahnya.
bitcoin
Bitcoin Mata Uang Kripto

Investor Ritel Tak Banyak "Beli Saat Turun"

Analis Compass Point, Ed Engel, menilai investor individu tampak tidak banyak memanfaatkan momentum penurunan harga seperti pada siklus sebelumnya. "Menjual dari pemegang jangka panjang adalah hal yang umum di pasar bullish, tetapi pembeli ritel di pasar spot kali ini tampak kurang aktif dibandingkan siklus sebelumnya," tulis Engel dalam catatannya.

Menurutnya, penurunan ini bisa menyeret harga bitcoin lebih dalam dan menembus level psikologis 100.000 dollar AS jika investor jangka pendek ikut panik menjual. "Kami melihat ada dukungan harga di atas 95.000 dollar AS (sekitar Rp 1,587 miliar), tetapi belum banyak katalis positif dalam waktu dekat," ujarnya.

Engel juga mencatat bahwa pola musiman yang biasanya kuat di Oktober gagal terwujud tahun ini. Terakhir kali bitcoin gagal naik di Oktober terjadi pada 2018, di mana bulan berikutnya harga anjlok hingga 37 persen.

The Fed dan Sentimen Negatif Tekan Harga Kripto

Mengutip Trading View, bitcoin kesulitan mempertahankan level support kunci meski bank sentral AS, The Fed, memangkas suku bunga pada pekan lalu. Harga BTC kini berada di sekitar 104.000 dollar AS, turun 8,21 persen dalam sepekan terakhir.

Penyebab utama tekanan ini adalah sikap hati-hati The Fed pasca keputusan suku bunga. Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan pemangkasan suku bunga lanjutan pada Desember 2025 belum dijamin, meski quantitative tightening (QT) akan berakhir pada bulan yang sama.

Pernyataan tersebut mengecewakan pasar. Berdasarkan CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga kedua pada Desember turun dari 90 persen menjadi 63 persen, sedangkan peluang Januari 2026 tinggal 19,5 persen.

Akibatnya, aksi jual besar-besaran terjadi di seluruh aset berisiko. Indeks Ketakutan dan Keserakahan Kripto (Crypto Fear and Greed Index) kini di angka 35 atau zona ketakutan. Dana institusional juga keluar, dengan hampir 800 juta dollar AS ditarik dari ETF bitcoin dan ethereum dalam sepekan.

Faktor Tekanan Tambahan di Pasar Kripto

Selain sentimen dari The Fed, tekanan terhadap harga bitcoin juga dipicu oleh sejumlah faktor lain di pasar. Data dari Coinglass menunjukkan, para pemegang bitcoin jangka panjang melepas lebih dari 100.000 BTC sepanjang Oktober 2025. Aksi jual besar-besaran ini menambah tekanan ke bawah di pasar kripto.

Di sisi lain, kinerja bitcoin pada Oktober juga tidak menggembirakan. Bulan yang biasanya dikenal dengan sebutan "Uptober" karena tren penguatan harga selama tujuh tahun terakhir justru berakhir negatif. Sepanjang bulan tersebut, harga bitcoin tercatat turun 3,7 persen.

Faktor eksternal turut memperburuk sentimen. Ketegangan ekonomi global akibat sengketa dagang antara Amerika Serikat dan China, ditambah gejolak harga minyak dunia, membuat investor memilih aset yang lebih aman seperti dollar AS dan emas.

Prediksi Harga: Potensi Anjlok ke 88.000 Dollar AS

Menurut Coinglass, jika bitcoin gagal bertahan di atas resistensi 113.000 dollar AS, harga bisa turun hingga 88.000 dollar AS. Level ini menjadi basis biaya rata-rata investor aktif sekaligus zona support kuat dari koreksi sebelumnya.

Sebaliknya, bila harga mampu ditutup di atas 113.000 dollar AS secara konsisten, peluang reli pemulihan masih terbuka.

Outlook November dan Prospek "Santa Rally"

Para analis memperkirakan bitcoin akan bergerak sideways pada November 2025 di kisaran 107.500–123.000 dollar AS, dengan potensi penguatan di Desember seiring berakhirnya QT dan peluang penurunan suku bunga lanjutan.

Trader disarankan memantau level resistance 113.000 dollar AS dan support 100.000 dollar AS, karena penembusan jelas dari kisaran ini dapat menentukan arah pergerakan berikutnya.

Apakah Bitcoin Masih Layak Dibeli?

Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menilai tekanan pasar kripto saat ini disebabkan oleh ketatnya likuiditas global dan meningkatnya sentimen risk-off setelah pernyataan The Fed.

"Dengan kombinasi likuiditas ketat dan gejolak makro, terlebih di tengah kondisi shutdown pemerintah AS, bitcoin sebagai aset risk-on mengalami tekanan yang cukup serius," ujar Fahmi.

Meski demikian, data Glassnode menunjukkan indikator puncak bull market masih belum tercapai. Dari 30 metrik utama, belum ada yang mengonfirmasi berakhirnya siklus bullish, meski tujuh indikator menunjukkan ketercapaian di atas 70 persen.

Menurut Fahmi, bitcoin kini berada dalam fase distribusi awal, di mana sebagian investor mulai merealisasikan keuntungan di tengah ketidakpastian makroekonomi. Namun, jumlah bitcoin di bursa justru menurun, menandakan investor menarik aset untuk penyimpanan jangka panjang.

"Meskipun kondisi ini belum mengindikasikan puncak harga, tren akumulasi masih berlanjut. Investor konservatif mungkin memilih menunggu kejelasan arah kebijakan makro sebelum kembali masuk ke pasar," kata Fahmi.

Ia menambahkan, dengan narasi bitcoin sebagai cadangan aset institusional dan potensi rebound jangka menengah, fase koreksi ini bisa menjadi jeda sebelum kenaikan berikutnya.

Artikel ini telah tayang di Ogoday.com - dengan judul Bitcoin Anjlok di Bawah 100.000 Dollar AS untuk Pertama Kalinya dalam Empat Bulan dan Waspadai, Harga Bitcoin (BTC) Diprediksi Bisa Terus Turun

Tidak ada komentar